Tepatnya Kamis, tanggal 16 Mei 2013 diadakan Workshop Laboratorium Sosial (Labsos) IPSK-LIPI: Penerapan Ilmu Sosial Kemanusiaan untuk Pemberdayaan Desa yang bertempat di ruang seminar Widya Graha LIPI lantai 1. Acara tersebut dihadiri oleh para peneliti di lingkungan Kedeputian IPSK-LIPI, yang terdiri dari lima (5) satuan kerja yakni Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB), Pusat Penelitian Ekonomi (P2E), Pusat Penelitian Kependudukan (P2K), Pusat Penelitian Politik (P2P), dan Pusat Penelitian Sumber Daya Regional (PSDR). Selain peneliti dari lingkungan Kedeputian IPSK-LIPI, acara ini juga dihadiri oleh Dr. Djusman Sajuti selaku Wakil Kepala LIPI, Dr. Ir. Akmadi Abbas M.Eng.Sc selaku Sestama LIPI, dan para Deputi di Lingkungan LIPI.

Tepatnya Kamis, tanggal 16 Mei 2013 diadakan Workshop Laboratorium Sosial (Labsos) IPSK-LIPI: Penerapan Ilmu Sosial Kemanusiaan untuk Pemberdayaan Desa yang bertempat di ruang seminar Widya Graha LIPI lantai 1. Acara tersebut dihadiri oleh para peneliti di lingkungan Kedeputian IPSK-LIPI, yang terdiri dari lima (5) satuan kerja yakni Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB), Pusat Penelitian Ekonomi (P2E), Pusat Penelitian Kependudukan (P2K), Pusat Penelitian Politik (P2P), dan Pusat Penelitian Sumber Daya Regional (PSDR). Selain peneliti dari lingkungan Kedeputian IPSK-LIPI, acara ini juga dihadiri oleh Dr. Djusman Sajuti selaku Wakil Kepala LIPI, Dr. Ir. Akmadi Abbas M.Eng.Sc selaku Sestama LIPI, dan para Deputi di Lingkungan LIPI.

Pada sesi kedua ini, presentasi yang dikemukakan adalah dari Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) yang diwakili oleh Purwanto, SE, Mec.St. Tema yang diangkat pada sesi kedua ini, yakni “Membangun Kelembagaan Masyarakat Desa Partisipatif Bagi Pembangunan Berbasis Perdesaan”. Ia mengungkapkan bahwa latar belakang penelitian ini karena kurangnya partisipasi kelompok miskin dalam berbagai progam pembangunan di perdesaan dalam dalam posisi termarjinalkan. Selain dari itu, juga mempunyai permasalahan banyak dari mereka yang memiliki kapasitas/keahlian/pengalaman kehilangan peran ketika program yang terkait sudah tidak lagi diimplementasikan di desa tersebut.

Purwanto menegaskan bahwa adanya penyebab kegagalan program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat desa, diantaranya konsultan/pihak ketiga/mitra kerja yang diberi mandat untuk melaksanakan program pemberdayaan, bisa berubah menjadi mata-mata di wilayah tertentu yang justru melihat peluang pengembangan properti daripada fokus program yang dijalankan, misalnya jual beli tanah, alih fungsi lahan, dan lainnya.

Peneliti bidang ekonomi ini menyimpulkan bahwa adanya Indikator Keluaran (Kualitatif) dan Indikator Keluaran (Kuantitatif). Indikator Keluaran (Kualitatif), seperti terbentuknya kualitas sumberdaya manusia yang memiliki kapasitas dan kompetensi untuk mengelola kelembagaan desa, meningkatnya kualitas kelembagaan masyarakat desa, meningkatnya kesadaran masyarakat tentang peran dan fungsi penting kelembagaan masyarakat desa, dan meningkatnya kemampuan masyarakat desa untuk mengelola potensi ekonomi wilayahnya. Sedangkan Indikator Keluaran (Kuantitatif) yakni terbentuknya kelembagaan masyarakat desa secara permanen dan meningkatnya aktifitas ekonomi perdesaan dengan adanya program dan kegiatan pemerintah yang diimplementasikan di desa tersebut.

Selanjutnya, presentasi oleh Pusat Penelitian Politik (P2P) yang diwakili oleh Drs. Agus R. Rahman M.M., ME. Tema pada penelitian ini “Revitalisasi kelembagaan desa menuju kemandirian desa”. Tema ini diambil mengingat banyaknya pemerintahan desa yang tidak optimal dan mandiri sehingga perlu adanya revitalisasi kelembagaan desa, menurut Agus. Peneliti Politik ini mengungkapkan banyaknya kendala dalam pemerintahan desa yang tidak optimal dan mandiri, seperti kultur feodalisme, rendahnya partisipasi kelompok mayoritas yang termarginalkan, “jebakan” struktur orde baru, demokrasi substansial yang berbasis komunalisme semakin memudar, tidak cocoknya perundangan perdesaan dengan karakter desa yang beragam, dan struktur pemerintahan desa yang aneh. Tim penelitian ini membuat kerangka ouput kegiatan terbagi menjadi tiga (3) tahun, yakni tahun pertama Panduan penentuan tipologi dan model perlakuan Desa Ligar Mukti, tahun kedua Panduan penguatan demokrasi Desa Ligar Mukti, dan tahun ketiga Panduan penguatan kapasitas kelembagaan Desa Ligar Mukti.

Presentasi selanjutnya Tim Penelitian dari Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB) yang diwakili oleh Dr. Wijayanti, M.Litt. selaku koordinator tim peneliti. Tim penelitian ini mengangkat tema Pendidikan Karakter dan Penguatan Budaya Lokal Mengembangkan Peran IPSK-LIPI Dalam Pengembangan Daerah Perdesaan.

Wijayanti mengungkapkan Pendidikan karakter adalah serangkaian kegiatan partisipatif yang dilakukan secara bersama-sama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan untuk saling memahami. Pendidikan karakter merupakan salah satu dari mekanisme untuk meningkatkan kewarganegaraan yang perlu dikembangkan di Indonesia, tambahnya. Wijayanti menerangkan bahwa ada tiga situasi penting dalam menanamkan pendidikan karakter, yaitu pertama, situasi yang chaos dimana tampak tidak beraturan, sehingga beberapa sendi-sendi di masyarakat tidak berfungsi dan digantikan oleh aktivitas alternatif seperti preman, dan kegiatan sempalan lainnya. Kedua, situasi yang ada menggambarkan tidak adanya patokan yang jelas, di mana kejelasan hukum dipertanyakan. Ketiga, situasi yang perlu dikembangkan di Indonesia adalah tentang ekonomi hijau atau menghijaukan Indonesia kembali.

Wijayanti menerangkan adanya ketahanan budaya untuk mencegah masyarakat hidup tanpa adanya pemahaman yang memperkuat mereka, masyarakat mudah diprovokasi oleh pandangan yang belum tentu menghadirkan sisi positif di dalam kehidupan bermasyarakat. Terakhir, ia ingin mengenalkan Saemaul Undong kepada masyarakat desa untuk kembali menjadi masyarakat yang berkarakter Indonesia. Gerakan Saemaul Undong adalah gerakan mencari pengembangan masyarakat dan modernisasi. Dari semua hal, itu adalah gerakan untuk melepaskan diri dari kemiskinan. Cita-cita ini tidak terbatas pada gaya hidup individu dan kondisi hidup, tetapi meliputi seluruh masyarakat. Bentuk-bentuk pertanyaan seperti apakah Anda puas dengan cara hidup Anda? apakah Anda ingin memiliki kehidupan yang lebih baik? dan apakah Anda ingin memiliki kesehatan yang baik? siapa yang memiliki tanah ini? siapa yang memiliki desa ini?. Tentunya, menurut wijayanti bentuk-bentuk pertanyaan tersebut dapat menjadikan karakter warga desa yang lebih baik.

Ketiga hasil presentasi tersebut, ditanggapi oleh dua (2) orang narasumber yaitu Dr. Ir. Akmadi Abbas M.Eng.Sc selaku Sestama LIPI dan Dr. Iskandar Zulkarnain selaku Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK-LIPI). Acara berlangsung menarik dan peserta secara pro aktif bertanya. Terakhir, acara ditutup oleh Prof. Dr. Ir. Aswatini, MA selaku Deputi IPSK-LIPI. (Anggih Tangkas Wibowo, ST., MMSi.)

Adapun beberapa foto dokumentasi hasil kegiatan Workshop Laboratorium Sosial (Labsos) IPSK-LIPI: Penerapan Ilmu Sosial Kemanusiaan untuk Pemberdayaan Desa (SESI 2):