1468930917 kai.jpg1

1468930917 kai.jpg1PEKAN ini sebagian besar sekolah memulai tahun ajaran baru. Setelah liburan sekolah dan libur Idul Fitri, mulai pekan ini sebagian besar siswa sudah mulai aktif kembali bersekolah. Tahun ajaran baru selalu dimulai dengan kegiatan masa orientasi siswa baru (MOSB). Orientasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai peninjauan untuk menentukan sikap yang tepat dan benar. MOSB menjadi pijakan awal bagi pihak sekolah untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang sikap yang tepat dan benar mengenai nilai-nilai, visi misi, tujuan, ataupun budaya sekolah.

Nilai, norma, dan budaya seperti apa yang berusaha diinternalisasikan sekolah kepada siswa sejak awal harus secara jelas disampaikan kepada para siswa baru. Hal tersebut penting ditegaskan sejak awal karena melalui sekolah proses pengenalan dan pemahaman dunia sosial dikonstruksikan kepada siswa. Karakter seperti apa yang ingin ditumbuhkembangkan selama proses pendidikan harus sudah jelas disampaikan mulai dari siswa masuk.

Permasalahan muncul ketika MOSB cenderung diisi praktik perpeloncoan, ajang unjuk kekuatan senior, bullying, ataupun yang paling ekstrem, penggunaan kekerasan. Format MOSB dengan metode seperti itu tidak akan membuat para siswa mendapat pencerahan ataupun pencerdasan. MOSB di awal persekolahan justru menjadi momok bagi para siswa baru. Praktik pelaksanaan MOSB cenderung memberikan kesan yang tidak baik bagi siswa baru juga menimbulkan kekhawatiran orangtua. Substansi MOSB sebagai medium pengenalan awal terhadap lingkungan sekolah sering kali tak sampai kepada siswa baru. Awal masuk sekolah yang seharusnya penuh dengan kegembiraan malah menjadi saat-saat yang menegangkan.

Bukan menghadirkan rasa hormat dari adik kelas kepada senior atau kakak kelas, sebaliknya itu justru mengakibatkan rasa benci juga ketakutan-ketakutan. Sungguh berbahaya jika kumpulan kebencian dan ketakukan tersebut diwariskan terus-menerus kepada generasi selanjutnya. Sebelum terus berlanjut, mata rantai kebencian itu harus segera diputus. Kegiatan MOSB yang mengedepankan tindakan kekerasan harus dibuang jauh-jauh. Pola usang tak perlu direproduksi terus-menerus. Perlu pengawalan kuat dari beragam pihak.

Kegembiraan awal sekolah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah mengeluarkan Permendikbud No 18/2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi Siswa Baru. Aturan tersebut menggantikan Permendikbud No 55/ 2014 tentang Masa Orientasi Siswa Baru di Sekolah yang dianggap tidak optimal mencegah terjadinya perpeloncoan dalam pelaksanaan pengenalan lingkungan sekolah.

Aturan ini semakin menegaskan bahwa pola-pola lama MOSB harus ditiadakan. Perubahan mekanisme MOSB menjadi lebih manusiawi, mendidik, dan bermartabat harus disikapi dengan baik. Apalagi pada aturan baru ini juga disertakan mengenai silabus pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa baru yang dapat menjadi rujukan pelaksanaan kegiatan MOSB.
Sesuai dengan aturan tersebut, dinas pendidikan di tiap daerah wajib memberikan pengawasan secara menyeluruh dan memberikan sanksi yang tegas kepada sekolah-sekolah yang masih melakukan pelanggaran. Tentu saja kepala sekolah dan guru harus mendampingi proses MOSB secara ketat. Kakak kelas atau senior yang menjadi pendamping harus diberikan pemahaman mengenai kegiatan MOSB yang lebih memberikan manfaat bagi para siswa baru. Perubahan itu bukan hal yang sulit jika semua komponen penyelenggara pendidikan bekerja sama.

Selain itu, orangtua menjadi komponen yang penting dalam keberhasilan pendidikan anak. Anjuran Mendikbud Anies Baswedan agar setiap orangtua mengantarkan anaknya ke sekolah pada awal tahun ajaran baru merupakan salah satu aspek kepedulian orangtua terhadap pendidikan anak. Secara psikologis anak yang diantar pada saat pertama masuk ke sekolah akan lebih bergembira karena mereka merasa diperhatikan orang tuanya.

Awal tahun ajaran atau awal masuk sekolah merupakan salah satu momen penting bagi seorang anak. Perhatian orangtua kepada anak pada momen penting tentu akan berimbas positif pada mentalitas dan semangat belajar mereka. Kehadiran orangtua merupakan bentuk apresiasi terhadap proses perkembangan anak. Anak yang diapresiasi orangtua tentu akan lebih memiliki jiwa empati yang lebih baik kepada sesama. Orangtua juga akan mengenal lingkungan di saat anak-anak mereka belajar selama beberapa tahun. Hubungan orangtua dengan pihak sekolah juga penting. Sekolah akan merasa didukung penuh untuk melaksanakan setiap kebijakan yang bertujuan mendidik dan mencerdaskan siswa.

Kegembiraan dan keceriaan dalam proses pembelajaran di sekolah sangatlah penting bagi para siswa. Sekolah harus menjadi tempat yang ramah bagi anak-anak atau siswa. Anak-anak harus merasa senang ketika pergi ke sekolah untuk belajar. Sekolah ramah anak ialah tempat apresiasi kepada siswa menjadi hal yang utama. Sekolah tidak hanya memberikan pencerdasan secara akademik maupun intelektual, tapi juga menumbuhkan semangat dan karakter yang baik. Siswa dipandang sebagai individu-individu yang membutuhkan bimbingan tanpa melihat siapa mereka, dari mana mereka berasal, dan apa status sosial mereka.

Sekolah tidak sekadar berkutat pada materi pembelajaran, tetapi juga adanya contoh praktis melalui keteladanan, ketaatan pada tata tertib, nilai-nilai pergaulan, budi pekerti, dan akhlak serta nilai-nilai luhur. Siswa diberikan kesempatan luas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Para siswa datang dengan antusias dan pulang dengan kegembiraan. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa tak lagi dipandang sebagai beban, tetapi secara sadar dipahami siswa sebagai proses pembelajaran kehidupan untuk menghadapi masa depan.

Siswa tak akan terpaksa datang ke sekolah. Mereka akan datang dengan kesadaran penuh bahwa sekolah memberikan proses bermakna bagi kehidupan mereka. Lingkungan sekolah harus dibuat sebagai lingkungan yang ramah bagi perkembangan fisik ataupun psikis siswa. Harapan sekolah menjadi tempat yang ramah dan membawa kegembiraan bagi siswa akan terwujud jika kita semua peduli. Anak-anak bangsa yang memiliki kecakapan akademik dan berkarakter tentu tidak akan menjadi impian belaka. (Anggi Afriansyah Peneliti Sosiologi Pendidikan pada Pusat Penelitian Kependudukan LIPI) 

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/news/read/56971/memulai-tahun-ajaran-baru-dengan-gembira/2016-07-20