Resensi Buku Triyono

Resensi Buku Triyono

Judul Buku             : Kiat Mengelola Mogok Kerja dan Demo

Penulis                    : Saifuddin Bachrun, Naufal Mahfudz Ismail

Penerbit                  : Penerbit PPM

Terbit                       : cetakan ke -1, 2012

Tebal                        : x + 146, 24 cm

ISBN                        : 979-442-368-8

Permasalahan hubungan industril yang masih menjadi masalah kronis adalah mogok kerja dan demo buruh. Oleh karena itu diperlukan berbagai kiat untuk mengatasinya. Salah satu buku yang mengulas cara mengelola mogok dan demo ditulis oleh Saifuddin Bachrun dan Naufal Mahfudz Ismail. Buku yang ditulis tersebut diberi  judul Kiat Mengelola Mogok Kerja dan Demo yang diterbitan oleh PPM. Buku tersebut menyajikan 6 Bab yang masing-masing bab mengulas mengenai serba serbi mogok dan demo. Pada Bab 1 berisi tentang sejarah pergerakan buruh dari zaman penjajahan Belanda hingga zaman reformasi. Kemudian Bab 2 membahas mengenai masalah mogok dan demo, dilanjutkan Bab 3 membahas mengenai perundang-undangan yang berkaitan dengan mogok dan demo buruh. Bab 4 selanjutnya membahas mengenai contoh kasus mogok dan demo buruh, Bab 5 mengulas mengenai mitos dan fakta serikat buruh/pekerja dan Bab 6 sebagai bab terakhir mengulas mengnai resep cara penanganan mogok kerja dan demo buruh.

Buku tersebut sangat cocok bagi penggiat perburuhan di Indonesia, baik bagi kalangan buruh, akademisi, peneliti, pengusaha dan pemerintah. Ada beberapa kelebihan yang diulas dalam buku ini antara lain pertama mengulas bagaiamana trik mencegah mogok dan demo buruh yang disajikan pada halaman 114-124. Dalam ulasan tersebut penulis menawarkan kiat untuk mencegah demo antara lain :  mengadakan pertemuan di pagi hari antara manajemen dengan buruh, mengadakan family gathering, pembentukan klub olahraga, halal bihalal, apresiasi terhadap kinerja dan pembentukan Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartite. Melihat lebih jauh ulasan yang disampaikan oleh penulis, kiat-kiat yang ditawarkan tersebut lebih minitikberatkan agar hubungan buruh dengan manajemen lebih bersifat kekeluargaan. Selain itu untuk lebih meningkatkan trust atau kepercayaan diantara manajemen dan buruh. Kiat-kiat yang ditawarkan tersebut lebih menyentuh pada hubungan buruh dan menajemen yang saling membutuhkan.

Lebih lanjut ulasan yang disampaikan penulis tersebut sangat menarik karena menginginkan cara mengelola mogok dan demo buruh lebih pada persuasi. Selain itu menginginkan tidak adanya jarak yang cukup jauh antara manajemen dengan buruh. Beberapa kiat yang diulas tersebut jika dapat dijalankan maka hubungan industrial di Indonesia dapat berjalan dengan baik. Maka hasilnya pertumbuhan ekonomi akan berjalan meningkat dan penciptaan lapangan kerja akan meluas. Kemudian kelebihan buku ini kedua adalah mengulas mengenai perundang-undangan. Dengan demikian pembaca akan mengerti mengenai rambu-rambu dalam mogok dan demo buruh.

Kemudian dalam buku tersebut selain ada kelebihan ada beberapa kelemahannya. Kelemahan pertama adalah pada Bab 1 hanya menjelaskan sekilas mengenai sejarah mogok dan demo buruh. Hal ini tentunya akan mengurangi pemahaman pembaca untuk mengetahui lebih detail mengenai mogok dan demo buruh ini. Kemudian kelemahan kedua adalah dalam Bab 4 hanya menampilkan kasus-kasus mogok kerja tanpa ada bagaimana proses penyelesain-nya, misalnya di halaman 70 yang mengulas mengenai mogok kerja di PT Wakatobi Resort. Dalam kasus tersebut hanya menampilkan sebab akibat adanya mogok kerja namun bagaimana dengan penyelesaiannya belum tuntas tertulis.

Di resensi oleh Triyono Peneliti Ketenagakerjaan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI