Permasalahan pengangguran masih menghantui negeri ini. Sampai saat ini salah satu isntitusi yang menyumbang pengangguran adalah universitas khususnya pengangguran terdidik. Disisi lain tantangan-tantangan ke depan semakin ketat karena adanya perubahan teknologi informasi yang melanda dunia. Disamping itu tantangan yang lebih nyata adalah persainagan dengan tenaga kerja asing. Fungsi sebagai universitas tercantum dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi  yaitu sebagai pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat. Makna pengabdian begitu luas termasuk dalam mengurai pengangguran. Paradigma konservatif selama ini fungsi universitas dalam sektor tenaga kerja hanya sebagai pencetak lulusan yang siap mensuplai tenaga kerja yang handal baik di pemerintahan maupun  dunia industri. Diperlukan perubahan paradigma (change paradigm) bagaimana agar universitas mampu mencetak para wirausahawan yang mampu memberikan lapangan kerja kepada masyarakat secara luas. Peran universitas sebagai salah satu institusi penyumbang calon wirausaha sangat dinantikan peranannya.

Melihat permasalahan demikian maka perlu perubahan yang sangat urgent khususnya target luaran universitas misalnya mengenai jumlah lulusan yang akan dicetak menjadi wirausahawan. Problem utama seperti yang dijelaskan bagian diatas adalah merubah pola pikir, ketika mahasiswa lulus tidak harus mengejar sebagai karyawan ataupun buruh industri namun sebagai pengusaha yang mampu menciptakan lapangan kerja. Apalagi disisi lain dengan perkembangan teknologi informasi ini tantangan untuk menciptakan lapangan kerja semakin besar. Bukan justru selalu mencari lamaran ke berbagai perusahaan atau justru menunggu lowongan CPNS yang belum tentu tiap tahun buka lowongan. Jika hal tersebut terjadi maka akan menambah jumlah pengangguran. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan data BPS pada bulan Februari 2017 tercatat 5,33 persen atau 7,01 juta orang dari total angkatan kerja sebanyak 131,55 juta orang.

Permasalahan pengangguran harus segera dicarikan solusinya terutama di dalam dunia pendidikan khususnya di tingkat universitas. Kebijakan yang dapat dilakukan diantaranya merubah secara massif dalam pengembangan jiwa kewirausahawan dengan melibatkan stakesholder terkait baik dari pemerintah maupun dari pihak swasta. Kerjasama dilakukan dengan pihak swasta misalnya dengan menghadirkan pengusaha di dalam ruang perkuliahan sebagai dosen tamu. Dengan demikian sedikit demi sedikit mampu menambah pemahaman mahasiswa mengenai dunia usaha.

Kemudian kebijakan yang lebih radikal adalah menjadikan program pengembangan wirausaha ini dapat menjadi mata kuliah dengan jumlah 2 SKS di setiap fakultas. Dengan demikian diharapkan lulusan yang dihasilkan bukan hanya memiliki kualitas skill siap terjun di pasar kerja namun justru secara mandiri mampu menciptakan lapangan kerja secara massif. Dengan demikian harapannya universitas mampu berkontribusi secara nyata bagi negara dalam mengurangi angka pengangguran yang masih tinggi di negara ini data tercapai.

Program lain yang dapat dijalankan adalah semakin mengitensifkan kegiatan lomba wirausaha yang telah ada. Program tersebut misalnya dengan menggandeng pihak swasta. Harapannya ke depan universitas sebagai sumber inspirasi bagi masyarakat umum dalam mencetak wirausahawan. Jika program-program universitas mampu merubah paradigama sebagai pencetak wirausaha maka semakin mampu menepis anggapan selama ini bahwa lulusan perguruan tinggi hanya hobi menambah jumlah pengangguran. Disisi lain masyarakat akan semakin terpacu untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi karena adanya garansi mampu menciptakan lapangan kerja secara mandiri. Jika hal ini dapat terlaksana secara nasional maka akan meningkatkan daya saing negara kita akan semakin meningkat. 

Penulis adalah peneliti Ketenagakerjaan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI.