SemNas 2

Jakarta, Humas LIPI. Isu kesetaraan gender dan ketahanan keluarga menjadi penting mengingat bonus demografi yang akan dinikmati Indonesia selama kurun waktu 2020 sampai 2035 mendatang. “ Bonus demografi yang akan dicapai oleh Indonesia harus didukung dengan penyiapan sumber daya manusia cerdas, produktif, dan berkarakter,” ujar Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko dalam kegiatan Seminar   Nasional Kesetaraan Gender dan Ketahanan Keluarga Menuju SDM Unggul, Indonesia maju” pada Senin (14/10) di Jakarta

Handoko, dalam sambutannya menyampaikan bahwa keluarga memiliki peranan yang sangat penting di dalam lingkungan, masyarakat dan bangsa. “Karena fungsi keluarga untuk membangun lingkungan sosial yang baik dan pada ujungnya menjadi bagian dari kebudayaan dan karakter bangsa”, tegasnya.

Dalam konteks penelitian masih banyak hal yang bisa dilakukan untuk melihat dan mencari solusi yang terkait dengan keluarga, ujar Handoko. “Kalau menyelesaikan masalah secara society itu terlalu besar, tapi kalau dapat di selesaikan dan di perkuat di lingkungan keluarga, maka secara otomatis akan banyak masalah dalam keluarga yang bisa diselesaikan, tidak hanya urusan gender, tapi juga urusan narkoba, radikalisme, ekonomi dan semuanya. Jadi ujung-ujungnya unit terkecil itu adalah peran perempuan dalam keluarga,” terangnya.

Menurutnya, BKKBN dan Kemen PPPA menjadi sarana mengingatkan semua pihak bahwa mencintai keluarga berarti merencanakan keluarga. Melalui Seminar Nasional ini apa yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kependudukan LIPI dapat membantu melihat masalah secara scientific dan mencari alternatif solusi untuk dijadikan landasan berbagai kebijakan, yang menjadi ranah dari Kemen PPPA, BKKBN, juga BAPPENAS, karena termasuk masalah stunting itu ada di keluarga. Ujar Handoko

Deputi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kebudayaan LIPI, Tri Nuke Pudjiastuti, menyampaikan seminar ini diharapkan dapat memantik isu-isu strategis terkait penelitian yang mengarah pada ketahanan keluarga tidak hanya yang dihasilkan dari LIPI saja, tetapi juga dari BKKBN dan Kemen PPPA, tutupnya.

 

Ketahanan Keluarga

Pada acara yang sama, Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pribudiarta Nur Sitepu menyebutkan, peningkatan ketahanan keluarga di dalam pembangunan berkeluarga akan mampu menghadapi berbagai tantangan dalam menuju keluarga yang sejahtera. “Peran ayah dan ibu yang setara untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan di dalam keluarga juga merupakan bagian yang sangat penting dari landasan ketahanan keluarga,” paparnya. Dirinya menambahkan, Berkaitan dengan ketahanan keluarga ini, maka perempuan Indonesia mempunyai peranan yang sangat besar baik di sektor publik maupun di sektor domestik serta sosial kemasyarakatan.

Senada dengan Pribudiarta, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menjelaskan “Peran Gender dan Keluarga di Indonesia mengalami transisi, struktur keluarga mengalami perubahan, institusi keluarga banyak mengalami tekanan karena ketidakseimabangan antara keluarga dan pekerjaan. Sehingga terjadi ketimpangan antar generasi dikarenakan teknologi informasi atau era digital saat ini,” jelasnya. Indeks Pembangunan Keluarga (IPK) merupakan tools keberhasilan program pembangunan keluarga di Indonesia, tambahnya.

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, M.Yani  menegaskan “Keluarga menjadi entitas terpenting bagi kehidupan seseorang sejak ia anak-anak. Melalui keluarga, karakter dan kebiasaan seseorang terbentuk,” tegasnya. Dirinya menambahkan” Pendidikan yang pertama pun berlangsung di dalam keluarga, bukan sekolah. Hilangnya peran penting keluarga dalam kehidupan seorang anak mampu menumbuhkan perilaku negatif yang ia bawa hingga dewasa,” tambahnya.

Deputi Bidang Kesetaraan Gender, Agustina Erni mengatakan ada 5 Komponen Dimensi dan Indikator pengukur tingkat kualitas keluarga diantaranya:1. Legalitas, Struktur dan Kesetaraan Gender;  2.  Ketahanan Fisik Keluarga; 3. Ketahanan Ekonomi; 4. Ketahanan Sosial Psikologi; 5. Ketahanan Sosial Budaya. Semua itu mencangkup didalam lingkarang Ketahanan Keluarga Indonesia, tegasnya.

Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Agustina Situmorang menerangkan “Perubahan & dinamika keluarga di Indonesia: peran perempuan dalam rumah tangga.” Perubahan pola keluarga pada pembentukan keluarga (family formation) terjadi peningkatan proporsi penduduk usia lebih dari  35 tahun yang belum menikah.  Terjadi juga peningkatan pada perkawinan usia dini pada tahun 2015 usia 10 – 15 tahun : 11% dan  16 – 18 tahun : 32% ini cenderung meningkat, terangnya. (hst/ed.mtr)

SemNas 2

SemNas 1