Poster SEASIAJakarta, Humas BRIN. Negara-negara Asia Tenggara saat ini sedang menghadapi tantangan terkait dinamika politik, regional, sosial ekonomi dan budaya. Selain itu, dampak transformasi digital di komunitas Asia Tenggara diperkuat oleh tren global yang sedang berlangsung, seperti perubahan demografis, urbanisasi yang cepat, peningkatan migrasi internasional, dan ketergantungan yang kuat pada teknologi digital.

Untuk menjawab tantangan tersebut, maka negara-negara se Asia telah merintis suatu konferensi yang bertujuan untuk mencari solusi dari segala permasalahan yang muncul di masing-masing negara tersebut. “Kegiatan konferensi ini merupakan  bagian dari konsosrsium se Asia yaitu sebuah konsorsium yang terdiri dari 13 institusi pendidikan dan lembaga riset yang terkemuka di Asia. Intinya disini adalah melakukan Biennial Conference yang dimulai dari tahun 2015 di Kyoto, 2017 di Bangkok, 2019 di Taiwan dan 2022 di Jakarta,” jelas Herry Yogaswara , Kepala Pusat dan Riset Kependudukan BRIN dalam sambutannya pada Webinar Goes to The 4th Southeast Asian Studies in Asia (SEASIA) Biennial Conference 2022 : Managing Disruption, Developing Resilience for a Better Southeast Asia” secara virtual pada (14/9).

Menurut Herry, tujuan dari konferensi intinya adalah sebuah forum perjumpaan akademik yang didalamnya akan ada kolaborasi riset dan jejaring yang lebih luas. “Sebagai sebuah platform sharing informasi / perkembangan ilmu pengetahuan dalam sosial dan humaniora,” tegasnya. Ada 3 kata kunci yang penting disini adalah Disruption, Resillience dan How to made better. Harapannya kegiatan konferensi ini bisa menghidupkan satu ekosistem riset yang ada di Indonesia maupun di Asia Tenggara .Karena jika kita bicara ekosistem maka semua komponen itu harus bergerak secara sinergis, lanjut Herry.

Tri Nuke Pudjiastuti, peneliti Pusat Riset Politik BRIN menambahkan, meskipun wacana pembentukan kewarganegaraan yang inklusif telah dibahas di seluruh dunia, realisasi dan implementasinya tetap menjadi tantangan di banyak negara di Asia Tenggara. “Oleh karena itu, kesamaan karakteristik, perubahan, tantangan dan perkembangan tersebut, menempatkan negara-negara Asia Tenggara dalam politik, regional, ekonomi, sosial budaya yang penting pada saat ini dan di masa depan,” paparnya. Konference ini merupakan konsorsium lembaga-lembaga penelitian atau universitas yang ada di Asia Tenggara dan Asia Timur. “Dalam Konsorsium ini telah disepakati adanya suatu partnership , 9 founder Southeast Asia Studies. Tujuannya adalah bagaimana ini menjadi multilateral forum yang dapat dimanfaatkan bukan sekedar memaparkan hasil-hasil penelitian tetapi juga akan menjadi advantage yang lebih,” tegas Nuke

Sementara itu, Nawawi, peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN mengungkapkan, The 4th SEASIA Biennial Conference 2022: Managing Disruption, Developing Resilience for a Better Southeast Asia akan  diselenggarakan di Jakarta pada 9-11 Juni 2022.   “Konferensi ini merupakan forum internasional bagi para akademisi, peneliti, dan praktisi dari Asia dan berbagai wilayah di dunia untuk memperkaya dan saling berbagi ilmu pengetahuan dan isu-isu strategis kontemporer mengenai Asia Tenggara,” ungkap Nawawi. Diharapkan dalam konferensi ini dapat dihadiri oleh Presiden RI, Joko Widodo sebagai Guest of Honor serta Menteri Luar Negeri RI, sebagai key note speaker, tegas Nawawi.

Athiqah Nur Alami, peneliti Pusat Riset Politik BRIN menambahkan, kegiatan konferensi ini yang akan diselenggarakan di Jakarta akan menyampaikan 9 sub tema dan 53 judul panel. Diharapkan bagi para peneliti yang berminat bergabung untuk menyampaikan hasil penelitiannya atau papernya dapat mengunjungi website The 4th Southeast ASEAN Studies in ASIA (SEASIA) Biennial Conference 2022 di https://seaseaconference2022.org untuk informasi lebih lanjut  atau juga dapat menghubungi Seasea Secretariat di seasia2022ina@gmail.com. (Rdn/ Ed: Suhe)