Jakarta, Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional melalui Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya bekerja sama dengan Pusat Studi Heritage Nusantara Universitas Kristen Satya Wacana (PSHN UKSW) menyelenggarakan acara Bincang Pra-Peluncuran Buku Riwanto Tirtosudarmo Demografer Politik Pertama di Indonesia, di Jakarta Senin (31/1).

Berkaitan dengan telah siap cetaknya buku festschrift oleh penerbit Buku Kompas, Riwanto Tirtosudarmo, yang saat ini  menginjak di usia 70 tahun adalah Sang Demografer Politik Pertama di Indonesia, dan mengabdikan diri di LIPI sejak 1980-2017. “Kita sangat perlu untuk meluncurkan buku tentang Pak Riwanto 70 tahun, karena ada beberapa poin penting tentang pak Riwanto,” jelas Plt. Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR-IPSH) BRIN, Ahmad Najib Burhani.

Najib menyebutkan, Pak Riwanto bisa menjadi role model para peneliti muda dalam dunia penelitian. Perannya dalam dunia penelitian sampai dengan pensiun, masih menerbitkan buku. “Aktivitas akademinya memberikan inspirasi. Di dalam membangun kolaborasi, tidak hanya dalam konteks nasional, bahkan  internasional dengan berbagai negara,” terangnya.

Diungkap Najib bahwa ciri khas peneliti yaitu keunikan dan ketekunannya pada disiplin ilmu tertentu.  “Disiplin ini ciri khas keunikan, dan ketekunannya, juga menempatkannya dalam dunia akademik yang spesial. Sehingga pantas Pak Riwanto memperoleh julukan seorang demografer  politik pertama di Indonesia,” ungkap Najib. .

Pada kesempatan yang sama plt. Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN, Lilis Mulyani mengatakan, tulisan-tulisan yang terangkum dalam buku festschrift ini merupakan bagian dari rangkaian delapan webinar series. Dilaksanakan bulan Februari hingga September 2021 dengan mengundang 24 narasumber, dan 16 orang menjadi kontributor festschrift.

Topik webinar beragam mulai dari demografi, migrasi, globalisasi semasa pandemi, keragaman penghayat dan agama, masyarakat adat dan pinggiran, tata kelola heritage, tantangan republikanisme di Indonesia, dan problematika kewarganegaraan.

Setelah setahun berdiskusi, buku ini sudah terlihat wujudnya menjadi satu draf buku. “Mudah-mudahan kita bisa me launching bukunya di akhir Februari 2022,” lanjutnya. Dalam sesi diskusi Riwanto berharap, buku yang nanti akan diluncurkan semata-mata bukan tentang saya, tetapi sebuah buka yang mendiskusikan berbagai issue yang memang saya teliti “Mudah-mudahan bermanfaat, dan merangsang diskusi lebih lanjut dalam ilmu sosial dan kemanusiaan, terus terang hari ini saya merasa khawatir. Karena begitu banyak saya lihat masalah di negeri ini yang menjadi issue sensitif, sulit untuk merubah keadaan,” pungkas Riwanto. (Nan/ed: mtr)