Jakarta – Humas BRIN. Jumat (23/09), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan A.B. Lapian Memorial Lecture 2022 secara luring dan daring dengan pusat pengendalian kegiatan di Kantor BRIN Kawasan Gatot Subroto, Jakarta. Kuliah umum ini untuk mengenang jasa Prof. Dr. A.B. Lapian sebagai Nakhoda Kajian Maritim Indonesia sekaligus memperingati Hari Maritim Nasional yang jatuh pada tanggal 23 September 2022.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, dalam sambutannya, mengatakan Prof. Dr. Adrian Bernard Lapian, dikenal dengan panggilan akrab Adri Lapian atau Pak Lapian, adalah tokoh erat kaitannya dengan perkembangan keilmuan maritim di Indonesia. “Ia juga dijuluki sebagai Nakhoda Pertama Kajian Maritim yang tidak hanya di Indonesia, tapi juga di Kawasan di Asia Tenggara,” ujar Handoko.
Lebih lanjut Handoko menambahkan, sebutan ini bukanlah gelar tanpa isi, sejatinya memang dialah yang telah membangun fondasi kajian-kajian maritim. Hasilnya tidak hanya berbagai karya ilmiah yang diproduksi olehnya dan murid-muridnya, tetapi juga berkontribusi pada kebijakan, advokasi, dan aksi-aksi di bidang kemaritiman di Indonesia.
Handoko mengutarakan bahwa Lapian memiliki perhatian yang sangat dalam terhadap sejarah maritim Indonesia. Hal ini tampak pada karya-karya besar sepanjang karirnya. Sejalan dengan karirnya ini diawali dengan skripsin mengenai “Jalan Perdagangan Maritim ke Maluku pada Awal Abad ke-16”. Kemudian dilanjutkan pada disertasinya, “Orang Laut – Bajak Laut – Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX”. Lebih mendalam lagi, naskah Orasi Guru Besarnya berjudul “Sejarah Nusantara Sejarah Bahari”.
Selain melengkapi isu maritim pada kajian sejarah yang sebelumnya lebih banyak bernuansa darat, perspektif yang ia kembangkan pada banyak tulisan juga berkontribusi pada perhatian terhadap orang-orang yang seringkali dianggap marjinal baik pada realitas masa lalu maupun dalam kajian sejarah. Dua hal inilah yang benar-benar menjadi kompas dari kajian-kajian Maritim yang berkembang di bawah nahkodanya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Ahmad Najib Burhani mengatakan, dalam rangkaian kegiatan ini diselenggarakan kuliah umum yang menghadirkan para pembicara, yaitu Prof. Dr. Taufik Abdullah dan Drs. Alex John Ulaen, DEA.
Najib mengungkapkan, Prof. Dr. Adrian Bernard Lapian dikenal sebagai Nakhoda Kajian Maritim di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Lapian seorang peneliti dan juga pengajar yang sangat tekun dan sederhana namun telah berhasil membangun pondasi bagi perkembangan kajian maritim di Indonesia. Kariernya sebagai seorang nakhoda kajian maritim dikembangan dalam dua ranah kelembagaan, yakni di lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
Sebagai informasi, Lapian adalah dosen pada beberapa perguruan tinggi dan mengajar mata kuliah sejarah maritim. Lapian adalah peneliti di Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya (PMB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (1957-1994). Di PMB, Lapian mendirikan Kelompok Studi Masyarakat Maritim, sekarang menjadi Kelompok Kajian Maritim di PMB BRIN. Melalui Kelompok Studi Maritim yang ia dirikan, perhatian Lapian tidak sekadar melakukan kajian atau penelitian, namun juga membantu secara rill komunitas-komunitas maritim, seperti halnya Orang Bajo, serta Masyarakat Pesisir dan Nelayan melalui kegiatan riset aksi. Untuk menghormati jasa Lapian, momentum ini diselenggarakan BRIN dengan memberikan apresiasi berupa kenang – kenangan kepada keluarga Lapian. Pemberian cinderamata dilakukan secara seremonial di akhir acara kuliah umum ini, dan diterima langsung oleh perwakilan keluarga Lapian, yaitu Gideon Lapian. (suhe/ed: And)