Jakarta – Humas BRIN. BRIN melalui Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH) menyelenggarakan seminar naskah publikasi dengan tema pembahasan riset bidang prioritas OR IPSH. Kegiatan berlangsung pada Selasa (04/04) secara daring.

Para pembicara yang hadir yaitu Dwi Untari dari Direktorat Repositori, Multi Media, dan Penerbitan Ilmiah (RMPI), Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi ( Deputi FRI) dan dan Vedi R Hadiz dari Asia Institute University of Melbourne Australia.

Dalam sambutan pembuka, Kepala OR IPSH, Ahmad Najib Burhani, menyampaikan bahwa dalam mempersiapkan kualitas publikasi pada penelitian OR IPSH dilakukan monitoring pada rumah program sehingga terpantau. Sehingga akan terlihat, apakah sudah sesuai dengan kontrak kinerja yang disepakati dan sesui dengan timeline.

Dalam uraiannya, Najib menyampaikan, tim riset pada bidang prioritas rumah programnya terdiri atas 19 tim penelitian. Jumlah peneliti yang terlibat sebanyak 113, dengan uraian 80 peneliti dari BRIN dan 33 dari akademisi kampus, organisasi, maupun instansi pemerintah lainnya. ”Dari 19 tim tersebut diharapkan dapat memenuhi tuntutan kinerja publikasi sesuai indiktor kinerja utama OR IPSH,” harap Najib.

Ia juga menyampaikan empat mitos publikasi internasional. Keempatnya yaitu publikasi internasional itu harus bayar dan bayar, isu dan kasus lokal tidak bisa untuk publikasi internasional, playing filed & tools kita tidak sama, dan bahasa inggris. Najid juga menjelaskan cara mendeteksi publikasi yang tidak kredibel. Antara lain dilihat dari segi bahasa yaitu jumlah naskah per isu; komersialisasi; penulisnya didominasi dari negara tertentu, serta ketelitian dalam melakukan review.

Terkait kehadiran institusi, BRIN akan terus berusaha hadir melalui berbagai skema dan fasilitasi. Hal ini sampai sejauh mana diperlukan strategi dan dilihat secara selektif sehingga kinerja dapat tercapai.

Selanjutnya Dwi Untari menyampaikan sosialisasi pengelolaan dan layanan perpustakaan. layanan perpustakaan BRIN, dipaparkan Untari, meliputi layanan cek plagiasi dengan iThenticate, pemeriksaan tata bahasa dan ejaan dalam struktur bahasa Inggris dengan mengunakan grammarly, tinjauan literatur, pembuatan bibliometrik pra riset dan pasca riset dengan Vosviwer, pembuatan visualisasi data menggunakan aplikasi Tableu, penelusuran informasi, literasi informasi/ referensi, pendampingan Repositori Ilmiah Nasional (RIN), pendampingan kurasi data ilmiah RIN, serta pendampingan preservasi data ilmiah RIN.

Lalu ia menginformasikan Jurnal online yang dilanggan BRIN seperti IEEE, Emerald, Sringgerl ink, serta Web Of Science yang hanya dapat diakses di lokasi kantor BRIN. Sedangkan Science Direct, Scopus, ProQuest, serta JSTORE dapat diakses secara online di luar lokasi BRIN. Kendati itu, harus melakukan registrasi dengan menggunakan email BRIN terlebih dahulu di kantor BRIN.

Kemudian Untari menjelaskan tentang sampel visualisasi metrik riset OR IPSH selama tahun 2021 – 2023, dengan agenda visualisasi matrik riset institusi, individu, informasi jurnal untuk publikasi artikel, dan layanan perpustakaan riset. ” Dari data tersebut, jumlah publikasi per tahun untuk 2021 sebanyak 114, tahun 2022 sebanyak 121, dan tahun 2023 sebanyak 21,” jelasnya.

Untari juga mengungkapkan, ada periset OR IPSH yang menulis di jurnal ASEAN Studies dengan publisher Bina Nusantara University, Economic Change and Restructuring Publisher Springer Nature, Jurnal of Southeast Asiona Economies publisher ISEAS, serta Financial Innovation publisher Springer.

Selanjutnya, Vedi R Hadiz membahas isu Lokal – Nasional dalam Publikasi Global. Dalam paparannya, vedi mengurai tentang probematika utama publikasi. Ia memberi strategi pengelolaan jurnal, seperti contohnya agar tulisan – tulisannya berguna dan berkontribusi sehingga diterbitkan.

Ia berbagi pengalaman tentang tulisan menarik. Menurutnya, ”Kemungkinan apa yang menarik bagi penulis, belum tentu menarik bagi audiens, terutama yang ada di luar negeri!”. Menurut pandangannya juga, para peneliti masih berasumsi jurnal spesialis Indonesia serta merta dengan data yang disampaikan merupakan suatu hal yang menarik. Padahal, hal tersebut belum tentu menarik di luar, sehingga perlu dibungkus dengan narasi lebih menarik lagi.

Vedi mengatakan bahwa argumentasi sangat penting dalam artikel, sehingga harus dicantumkan di awal dan harus dinyatakan secara eksplisit. Sehingga kerangka interpretasi dapat terbentuk, karena pengelola jurnal menginginkan langsung mengetahui tujuannya. Hal itu bisa menggiring tujuan yang pas dari media yang akan menerbitkan. (Sur/ed:And)